Ide yang tak segar di Iklan Televisi

Seorang ibu rumah tangga berada di atas atap rumah menunjukkan gejala ingin bunuh diri. Banyak warga yang nampaknya adalah tetangga si ibu ini merayu agar niat bunuh dirinya diurungkan. Apa saja yang diminta akan dituruti, kata salah satu diantara mereka. Mendengar bujukan ini, si ibu meloncat turun dan langsung membagikan produk cairan pencuci piring.

Itu gambar yang muncul di iklan produk sunlight, cairan pencuci piring yang bintang iklannya di Krisnamurthi. Sepintas bikin saya tersenyum, tetapi lalu saya sendiri mengernyitkan dahi. Iklan memang harus menampilkan sesuatu yang menarik agar bisa menarik perhatian. Tetapi kalau iklan itu menyimpan sesuatu yang memberi contoh kurang pas, saya menjadi bertanya-tanya tidakkah si pembuatnya punya ide yang lebih cerdas? Memaksa seseorang atau siapapun menggunakan produk tertentu dengan ancaman yang nyerempet-nyerempet soal nyawa seseorang bukanlah ide cerdas. Apa yang ditangkap dari iklan itu adalah si ibu musti sampai mengancam bunuh diri agar para tetangganya mau pakai sunlight! Saya pun berpikir, ibu-ibu tetangga yang mau pakai bukan karena sunlight yang bagus tetapi karena ada tetangganya yang mengancam bunuh diri kalau tidak mau memakai. Apakah mungkin produk ini sudah kehabisan akal untuk menjual, sehingga ancaman bunuh diripun kemudian ditebar.

Sebenarnya iklan produk ini sebelumnya lebih cerdas. Ada ide-ide segar yang diketengahkan meski tema nya tetap, adalah bagaimana akal ibu-ibu agar mereka bisa pengaruhi orang-orang lain untuk ikut pakai sunlight. Tetapi iklan yang terakhir ini justru saya pikir kontraproduktif.

Iklan yang baik, bagaimanapun memiliki ukuran yang menurut saya mengacu pada seberapa besar ia mampu meningkatkan penjualan produk. Memang iklan memiliki beberapa tujuan, seperti untuk memperkenalkan produk, meningkatkan penjualan dan menguatkan brand. Diperluka ide yang luar biasa agar semua kepentingan si pemilik iklan dapat tercapai. Tidak mudah memang, karena menemukan ide yang cemerlang bukanlah pekerjaan ringan. Banyak aspek yang harus dipertimbangkan.

Tidak banyak iklan di Indonesia yang berangkat dari ide cerdas, karena itu iklan-iklan yang muncul di televisi kita berada dalam ukuran rata-rata bahkan tidak sedikit yang hanya sekedar meniru, dan dibuat dari ide yang sangat dangkal. Dulu saya ingat ada ajang pemberian penghargaan untuk iklan tv terbaik. Tetapi kini saya tidak lagi mendengarnya apakah memang masih ada ataukah tidak. Yang saya ingat dulu pernah jadi pemenang yakni iklan rokok bentoel biru "i love the blue of Indonesia". Dari segi gambar bagus memang, tetapi saya tidak tahu persis apakah iklan ini mampu meningkatkan penjualan produk rokok bentoel biru. Yang jelas iklan produk rokok ini tidak seramai produk rokok lainnya seperti Djarum atau Gudang garam dan Sampoerna dalam menghiasi media televisi atau menjadi sponsor program acara televisi.

Mungkin yang diperlukan kini adalah semacam kode etik bagi pembuatan iklan. organisasi PPPI sepertinya memang sudah memilikinya, namun tidak jelas apakah aturan-aturan tentang iklan memang ada. Kalau di Undang-undang penyiaran dan P3 dan SPS yang dibuat Komisi Penyiaran Indonesia memang ada aturan yang mengatur tentang syrat-syarat iklan. Tetapi aturan ini belum mampu menangkal iklan-iklan yang memunculkan dampak-dampak tersembunyi. Sekali lagi tidak mudah memang untuk mengatur hal-hal yang berkaitan dengan media tv. Banyak faktor yang saling mempengaruhi dan menjadikannya sangat kompleks. Apalagi orang Indonesia memang agak ogah untuk menegakkan aturan hukum yang telah dibuat.

Komentar

Postingan Populer