Film "Cowboys in Paradise", Tak Pantas membuat Geger

"Saya tidak pernah habis pikir, mengapa film dokumenter "Cowboys in Paradise" bisa dianggap sesuatu yang menggegerkan?. Apanya yang luar biasa dari film itu kalau yang diangkat cuma persoalan keberadaan Gigolo di Pantai Kuta?"

Prostitusi itu pekerjaan paling tua di peradaban manusia. Sepertinya dimana ada peradaban manusia, disana ada praktik prostitusi. Manusia tidak pernah mampu memberantas prostitusi, sekuat apapun mereka mencobanya. Semakin sulit mencegah prostitusi di saat modernitas semakin mendera dan demokrasi dianggap pilihan yang terbaik. Apalagi di daerah seperti Bali yang demikian maju pariwisatanya, praktik prostitusi mungkin sudah dianggap sebagai sebuah keniscayaan.

Ketika saya masih duduk di bangku sekolah SMP, seorang teman saya bercerita bahwa ada 3 S dalam dunia pariwisata Bali yakni "SUN, SAND dan SEX". Untuk ukuran anak-anak yang baru belajar bahasa Inggris, saya sedikit bisa memahami apa yang disampaikan kawan saya itu karena yang ia ceritakan adalah soal pariwisata di Pantai Kuta. Ya... di Pantai Kuta memang ada daya tarik soal sex yang membuat wisatawan senang berada di sana. Bagi saya yang kelahiran Bali, tidak ada yang perlu dirisaukan dari hal itu karena bukankah yang melakukannya adalah orang-orang dewasa? Dan urusan sex mungkin bukan sesuatu yang tabu bagi orang dewasa.

Itu pengetahuan saya di era tahun 80 an yang berarti soal prostitusi di Pantai Kuta memang sebenarnya sudah ada. Bahkan mungkin sejak Kuta di buka sebagai daerah wisata, disana sudah berlangsung praktik-praktik prostitusi entah oleh Pekerja Seks Komersial (PSK) wanita ataupun laki-laki (Gigolo). Gigolo ada dimana-mana. Tidak hanya di Kuta pastinya. Di Kota Semarang terutama kawasan simpang lima juga bisa ditemukan orang-orang yang berpraktik sebagai gigolo. Bahkan dari skripsi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Negeri Semarang (UNNES) saya mendapatkan informasi bahwa tempat mangkal mereka berada di depan sebuah tempat Ibadah besar di kawasan Simpang Lima Semarang. Lebih jauh lagi soal info Gigolo di Kota Semarang, berdasarkan hasil penelusuran yang ditayangkan di program SIGI stasiun SCTV disebutkan ada dua desa di Boyolali yang menjadi pemasok para gigolo. Dua desa itu yakni Desa Cabean dan Desa Bakalan. Banyak remaja usia 18 tahun yang tidak punya pekerja memilih menekuni profesi Gigolo di Kota Semarang. Bahkan ada kelas-kelas gigolo di Kota yang menyatakan diri sebagai kota religius ini yakni gigolo kelas atas dan kelas menengah kebawah. Bayaran mereka berkisar Rp 60.000,- sampai Rp 200.000,-.

Kembali pada persoalan Gigolo di Pantai Kuta. Jika dikaitkan dengan persoalan Bali sebagai daerah tujuan wisata utama dan banyak dikunjungi wisatawan asing, maka persoalan prostitusi mungkin bisa disebut sebagai efek ikutan yang tak bisa dihindari. Lalu apakah film Cowboys in Paradise ini berarti kemudian akan mengancam pariwisata Bali? Sepertinya tidak sampai sejauh itu. Wisatawan asing adalah orang-orang yang memiliki pemikiran yang mungkin relatif lebih terbuka dibandingkan dengan orang Indonesia. Orang dari daratan amerika atau eropa atau negara Jepang tidak semunafik orang Indonesia kebanyakan. Kedatangan mereka ke Bali mungkin lebih pada daya tarik keunikan budaya dan cara hidup orang Bali. Banyak hal yang ada di Bali tidak bisa mereka temukan di belahan dunia manapun di dunia ini. Bahwa di Pantai Kuta itu ada orang berpraktik sebagai Gigolo, mungkin tidak akan langsung membuat para wisatawan berpikiran bahwa Kuta adalah daerah yang kotor dan menjijikan. Lalu saya menjadi semakin tidak jelas, mengapa film "Cowboys in Paradise" yang mengangkat soal keberadaan Gigilo di Pantai Kuta menjadi berita yang menghebohkan?.

Namun setelah berpikir agak sedikit mendalam, sepertinya Saya menjadi punya sedikit jawaban atas penyebab sejumlah media gencar memberitakan soal Film Cowboys in Paradise ini. Nampaknya persoalan ada pada sifat munafik yang berlebihan sejumlah pihak dimana penilaian dilakukan dalam perspektif yang sempit. Ini jika penyikapan atas keberadaan Gigolo di pantai kuta langsung menempatkan Kuta sebagai sebuah tempat wisata yang sudah sedemikian kotornya. Apalagi disebutkan bahwa keberadaan praktik prostitusi di Kuta akan membuat kesucian pulau Bali telah hilang. Pemandangan bahwa ritual suci orang Bali yang di lakukan di pantai Kuta bersebelahan dengan Bule wanita yang setengah telanjang sama sekali tidak pernah mengurangi makna ritual itu sendiri. Saat saya mengikuti upacara mekiyis menjelang hari raya Nyepi, ketika mencakupkan tangan memuja kebesaran Tuhan, saya tidak begitu terganggu dengan keberadaan bule wanita yang hanya mengenakan pakaian yang menutup bagian dada dan selangkangan berdiri beberapa meter di dekat saya. Orang Hindu Bali meyakini bahwa "Tuhan itu ada di mana-mana, tetapi kesucian Tuhan tidak pernah terkotori oleh kekotoran duniawi" (wyapi wyapaka nirwikara).

Si Pembuat Film Cowboys in Paradise dalam berita di situs detik.com menyatakan bahwa ide pembuatan film didasarkan atas realitas yang ditemukannya saat ada anak kecil yang belajar berbahasa Jepang dan mengatakan bahwa itu dilakukannya agar besar nanti si anak kecil itu bisa jadi gigolo. Menurut anak kecil itu, menjadi gigolo uangnya bisa banyak. Fakta ini juga adalah sesuatu yang nyata yang bisa kita temui di masyarakat manapun ketika uang dianggap sebagai sesuatu yang bisa membeli segala-galanya. Dengan lapangan pekerjaan yang sedikit sementara perhatian pemerintah dalam soal pendidikan yang sangat tidak sepadan, tentu saja kemampuan berpikir seorang anak atas pilihan hidupnya dimasa mendatang sangatlah terbatas.

Karena itu jika film ini mau ditanggapi dengan bijak, maka ini bisa dimaknai sebagai bentuk nyata bagaimana pemerintah di Indonesia sebenarnya gagal dalam menjalankan tugas-tugasnya. Pemerintah gagal melaksanakan pendidikan yang mencerdaskan, pemerintah gagal menjamin kesejahteraan rakyatnya dan pemerintah gagal dalam pembentukan karakter bangsanya. Sayangnya tidak banyak yang merespon ini sebagai bentuk hancur leburnya pemerintahan Indonesia yang sudah demikian korup dan mengabaikan persoalan-persoalan rakyat.

Komentar

Postingan Populer