"Perang" TV One Vs Polri akan Mendewasakan Rakyat

TV One dituding telah menggunakan narasumber palsu dalam porgram pemberitaannya pada program acara Apa Kabar Indonesia Pagi 18 Maret 2010 terkait Makelar Kasus (Markus). Bahkah kepolisian telah menciduk narasumber palsu tersebut yang bernama Andris. Mabes Polri mengajukan kasus ini ke Dewan Pers agar mendapatkan tindak lanjut sebagaimana mestinya. Sementara itu pihak TV One mengatakan bahwa pihaknya tidak pernah merekayasa pemberitaan.

Media melalui pemberitaannya (Nesw) memang telah menjadi kekuatan yang bisa mempengaruhi opini publik. Terkadang yang benar bisa menjadi salah dan yang salah bisa menjadi benar. Yang salah bisa di dukung oleh publik sementara yang benar bisa bernasib sebaliknya. Masih segar di ingatan kita bagaimana seorang Susno Duadji bisa berubah dari orang yang paling dibenci menjadi pahlawan. Ketika kasus cicak Vs Buaya berhembus, publik begitu membenci sosok Susno Duadji. Media berhasil meyakinkan bahwa Susno Duadji adalah oknum polisi yang paling layak disalahkan. Akibatnya apapun yang disampaikan Susno ketika itu tidak lagi mampu meyakini publik bahwa dirinya bersih. Tetapi apa yang terjadi sekarang ketika Susno "bernyanyi" soal makelar kasus terkait pajak. Polisi Bintang Tiga ini menjadi pahlawan dan tidak sedikit yang kemudian memberi dukungan.

Bagi saya pribadi, fakta ini membuat saya semakin meyakini bahwa sangat sulit untuk meyakini kebenaran yang disampaikan media. Menjadi takut untuk memiliki keyakinan akan sebuah kebenaran. Lalu mungkin banyak yang akan bingung, apakah kebenaran dari pemberitaan dimedia adalah kebenaran yang sebenar-benarnya??

Kembali kepada kasus TV One dengan narasumber palsunya. Saya juga menjadi sulit untuk mempercayai kejujuran kedua belah pihak. Saya tidak percaya polisi dan saya juga tidak bisa langsung memposisikan TV One sebagai pihak yang pasti salah. Meski polisi kini telah menangkap Andris dan Andris pun sudah "bernyanyi" bagaimana ia di arahkan untuk bercerita soal Markus di Mabe Polri, lalu apakah semuanya bisa dipercaya begitu saja?. Tidakkah dibalik ini semua sebenarnya ada sebuah "perang" opini antara Polri dengan Media?

Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini citra Polri sudah demikian terpuruknya. Terlalu banyak perbuatan tidak baik yang bisa ditudingkan kepada salah satu lembaga penegak hukum ini. Prestasi menggulung Teroris tidak bisa menghapuskan citra buruk yang sudah melekat pada tubuh Polri. Maka ketika kembali Susno membuka aib Polri, citra Polri semakin terpuruk. Tidak mudah untuk mengembalikan Citra Polri dalam kondisi seperti sekarang ini. Serangan Media kepada Polri akan mudah mendapatkan pembenaran dari pemirsanya.

Dalam kondisi yang terpuruk seperti ini, bisa saja Polri menggunakan strategi serangan balik melalui media juga. Perlu dilakukan pembersihan nama Polri yang melalui sosok Roni (nama samaran Andris ketika bersaksi di TV One) dengan lugas disebutkan ada makelar kasus yang bergentayangan di Mabes Polri. Cara yang paling tepat adalah menangkap Andris dan mengumumkannya kepada media bahwa orang yang mengaku-ngaku makelar kasus di Mabes Polri melalui TV One adalah palsu. Ini merupakan serangan Balik yang cukup telak dan mungkin akan memiliki dampak besar untuk mengembalikan citra polri. Atau paling tidak akan muncul pemikiran di benak pemirsa/ rakyat, ternyata Polri tidaklah seburuk yang disangkakan selama ini. Bukankah orang yang ngaku makelar kasus di Mabes POlri yang memberikan keterangan sangat lugas melalui media adalah seorang penipu dan direkayasa oleh Tv tersebut.

Kepentingan media jelas adalah untuk mencitrakan diri bahwa mereka adalah yang selalu terdepan mengabarkan dan paling layak untuk dipercaya. Bagi TV ini adalah modal untuk mencapai rating tinggi sehingga secara ekonomi bisa menguntungkan. Bisa saja profesionalisme dikesampingkan dan wawancara direkayasa agar bisa memenuhi hasrat penonton dan penontonpun menjadi puas.

Tidak mudah memastikan mana yang benar dan mana yang salah dalam kondisi "perang" seperti saat ini. Keduanya memiliki kepentingan yang kuat sehingga bisa melakukan apa saja guna mencapai keinginan mereka. Polri penting untuk membersihkan Citra Mereka dan TV memiliki kepentingan agar acara ditonton oleh pemirsa dan opini publik bisa dipengaruhi. Namun demikian siapapun pemenang dari perang ini mungkin dampaknya bagi rakyat tidak begitu banyak. Rakyat mungkin akan tetap mencitrakan Polri sebagai lembaga yang belum benar-benar bersih dan media TV melalui pemberitaannya akan tidak mudah lagi dipercaya rakyat. Dalam jangka panjang, jika sering dihadapkan pada fakta-fakta bahwa tidak semua pemberitaan di TV selalu benar akan membuat penonton tv semakin cerdas. Rakyat akan menjadi jauh lebih obyektif berpikir dengan jernih dan tidak mudah dipengaruhi oleh pemberitaan di TV. Rakyat tidak akan mudah diombang-ambingkan secara emosional. Ketika ini terjadi berarti rakyat Indonesia akan sudah semakin dewasa dan semakin demokratis.

Komentar

haridiva mengatakan…
Rasanya semakin lama benang perputarannya semakin rumit saja...

Postingan Populer