Agama itu Candu (Religion is Poison)
“Agama itu candu!” kata Karl Marx.
Bagi orang yang suntuk beragama, kalimat ini pasti akan
memancing amarah lalu serta merta menuding bahwa Marx adalah manusia pembenci
agama. Dalam kritiknya terhadap agama yang bersumber dari pemikiran Ludwig Feuerbach,
Marx sepakat bahwa tuhan itu bukanlah yang menciptakan manusia, melainkan
manusialah yang menciptakan tuhan. Pemikiran yang jelas-jelas menentang
keyakinan agama, dimana tuhan adalah sang maha pencipta.
Tentulah tidak mengherankan jika kemudian manusia-manusia
pembela tuhan mengutuk habis paham-paham yang bersumber dari pemikiran Karl
Marx ini terutama paham Komunisme seperti yang terjadi di Indonesia beberapa
waktu belakangan ini, dimana ada kelompok yang sangat takut komunisme bangkit
kembali. Sepertinya banyak yang tidak memahami bahwa paham komunisme Karl Marx
telah mengalami banyak sekali revisi, termasuk varian Marxisme-Leninisme yang
menjadi cikal bakal komunisme di Uni Soviet dan beberapa negara eropa timur
beberapa dekade lalu.
Pikiran Karl Marx memang terpantik hebat oleh pemikiran
Feurbach yang dia sebut sebagai sungai api (Feur-Bach) dimana Feurbach dengan
berani menelanjangi agama. Menurut Feurbach manusia beragama hanyalah sebagai
bentuk pelarian dari rasa ketakutan dan penderitaan. Feuerbach mengatakan “dimana
terdapat banyak manusia menderita disanalah awal kemunculan tuhan”. Tuhan, kata
Feuerbach adalah proyeksi diri manusia sendiri. Sementara agama mengasingkan (alienisasi)
manusia dari kesejatian dirinya sendiri. Bahwa manusia sesungguhnya adalah
mahluk penuh kasih, pemaaf dan penyayang. Ketika manusia memuja tuhan,
sesungguhnya manusia sedang mengharapkan bahwa dirinyalah mahluk penuh kasih,
pemaaf dan penyayang itu.
Karl Marx yang terpesona oleh kritik agama Feuerbach ini
selanjutkan justru mengkritik balik. Feuerbach, kata Marx tidak konsisten
karena hanya berhenti pada tahap mengkritik agama tetapi tidak melanjutkan
mencari jawaban, mengapa agama itu ada? Jika agama lahir dari penderitaan
manusia, lalu apa yang menyebabkan manusia menderita dan teralienisasi
(diasingkan)? . Marx menemukan jawabannya, bahwa agama hanyalah gejala, agama hanyalah
wujud permukaan dari kondisi dasar. Marx menyebutkan agama itu sebagai “bangunan
atas” (suprastruktur), sementara basisnya atau yang menjadi penyebabnya adalah
ketimpangan struktur ekonomi akibat perbedaan kelas dalam masyarakat antara
protelar dan borjuasi.
Karl Marx pada awalnya memang menitikberatkan pada kritik
agama, namun tahap berikutnya ia meninggalkan kritik agama itu lalu beralih
kepada kritik masyarakat. Bagi Marx, mengkritik agama dengan mempertanyakan
tuhan it ada atau tidak bukanlah hal yang penting lagi. Yang utama harus
dirombak adalah struktur ekonomi yang dibangun atas perbedaan kelas antara
borjuasi dan proletar, antara pemilik pabrik dan buruh, antara tuan tanah
dengan petani penggarap.
Bagi Marx, agama yang menjadi candu adalah agama yang membuat
manusia tidak menyadari persoalan basis yang menjadi penyebab penderitaan.
Agama dengan tuhannya, surganya serta nerakanya membuat manusia terbius
melupakan kesejatian diri mereka. Agama yang berlebih bisa membuat manusia menafikan
kemanusiaan yang sebenarnya adalah jatidirinya. Alih-alih menyadarkan manusia, mereka yang
beragama secara fanatik justru sering menjadikan manusia hidup pada angan-angan
yakni hidup nikmat di surga setelah kematiannya, mirip seperti manusia yang
menghisap candu.
Sungguh membahayakan jika agama telah menjadi candu. Dan
Karl Marx mencoba mengingatkan kepada manusia, hendaklah jangan sampai terbius
terlalu dalam oleh agama. Ibarat racun, agama dalam jumlah yang proposional
bisa menjadi obat, tetapi jika telah terlalu banyak (over dosis), maka agama akan
menjadi pembunuh hati nurani selanjutnya menjadi benar untuk membunuhi manusia
lainnya.
Semarang, 4 Oktober 2017
Komentar