Si Rakus yang Menyengsarakan Dunia

Kerakusan manusia hanya berujung pada satu titik yakni KEHANCURAN. Dan inilah yang kita lihat pada krisis keuangan global yang terjadi saat ini. Kerakusan para eksekutif perusahaan-perusahaan keuangan raksasa dengan menetapkan gaji sebesar-besarnya dengan seenaknya sendiri menyeret ekonomi pada titik kehancuran. Tidak bisa dibayangkan bagaimana mungkin gaji seorang CEO disebuah perusahaan keuangan bisa mencapai 19 trilyun rupiah. Penetapan bonus yang bisa mereka tangguk juga sering diluar batas kewajaran. Alasan yang dipakai acuan adalah prestasi mereka dalam "membiakkan" uang, yang mungkin saja sebenarnya semua itu tidak lebih hanyalah uang diatas kertas yang diimajinasikan "berbiak".

Sistem perkembangan jumlah uang didunia modern memang lebih banyak diukur berdasarkan imajinasi belaka bukan pada fakta. Nilai saham sebuah perusahaan dibursa misalnya bisa naik bisa turun bukan semata-mata karena kinerjanya dalam menghasilkan keuntungan saja, tetapi juga oleh sentimen-sentimen yang dihembuskan ke pasar bursa. Rontoknya harga saham saat ini, disebut-sebut bukan karena kinerja perusahaan pemilik saham sudah hancur melainkan karena adanya kepanikan yang luar biasa dikalangan investor. Inilah wajah sistem keuangan modern dimana manusianya konon mengandalkan rasio tetapi sesungguhnya mereka bersikap lebih berdasarkan rasa.

Ketika Reagen di AMerika dan Margareth T di Inggris memilih sistem neoliberalisme sebagai ideologi ekonomi negara mereka, yang ada dipikiran mereka kesejahteraan rakyatnya akan segera terwujud. Penganut neoliberalisme sangat alergi terhadap kontrol negara. Mereka yakin bahwa campur tangan negara hanya akan menghambat jalan menuju kesejahteraan. Semakin sedikit negara cawe-cawe dibidang ekonomi maka semakin cepat kesejahteraan rakyat akan tercapai. Mereka yakin akan adanya "invisible hands" alias tangan-tangan ajaib yang akan mengatur pasar. Jadi pasar tidak usah diatur, biarkan saja berjalan dan negara hanya perlu duduk manis.

Mungkin secara teori, neoliberalisme memiliki kebenarannya. Tetapi ini hanyalah diatas kertas. Faktanya praktik neoliberalisme saat ini telah menjadi tsunami yang akan memporakporandakan bangunan perekonomian dunia. Terjangannya akan meluluhlantakan ketahanan ekonomi banyak negara didunia. Resesi ekonomi sudah menghadang didepan mata yang berarti rakyat dibanyak belahan negara didunia ini akan menjadi miskin atau bertambah semakin miskin.

Tetapi yang dimakan habis dipastikan mereka yang selama ini sudah miskin dan setengah kaya. Sementara yang super kaya mungkin tidak akan begitu terpengaruh. Mereka akan tetap saja kaya, apalagi kerontokkan perusahaan-perusahaan keuangan raksasa itu telah dibantu oleh negara dengan dana yang dihimpun dari pajak rakyat. Alhasil kehidupan para CEO itupun masih akan tetap nikmat. Kerakusan mereka masih bisa dijalankan. Sementara si miskin akan terus meradang dan semakin meradang. SI Rakus memang tak lagi punya nurani dan mungkin memang terlahir tanpa nurani.

Komentar

Postingan Populer